BERAMAL IHLAS KARENA ALLAH

Majelis ke 36

Selasa sore tanggal 2 Rajab tahun 545 Hijriyah di Masrasah,

Beliau berkata: Dunia ini dalah pasar, tapi tak sampai lama, tiada seseorang pun yang tinggal di sana. Kala malam tiba, penghuninya sama pergi. Bermujahadahlah bahwa kamu tidak akan berjual beli di pasar ini kecuali, sesuatu yang bermanfaat di akhirat nanti, karena pencela itu selalu memandangmu. Esakan Allah, ikhlas dalam amal untuk Dia semata. Dia lah pemberi, tetapi kamu amat sedikit memberi kendati untuk sesamamu.

Anak-anak muridku, jadilah orang berakal dan belaku sopan di hadapan Allah atau ciptaan. Kamu jangan aniaya mereka; sedang kamu mencuri sesuatu dari mereka, apa yang kau punya.Tiada harta untukmu sampai tanda tangan di terima wakilnya, maka ketika itu kamu baru tahu pemberian sebelum tanda tangan; tidak diberi sesuatu yang paling kecil atau yang terbesar kepadamu, kecuali atas ijin Allah, bersama pengesahan dan ilhamnya dalam hati. Jadilah emikir yang menetapkan tampatmu di hadapan Alah, karena rizki itu terbagi menurut pembagian-Nya.

Dengan muka macam apa kamu akan menjumpai Dia besok, sedang ketika di dunia kamu selalu menentang-Nya sambil berpaling menuju ciptaan untuk menyekutukan, segala kebutuhan kau utarakan kepada sesama dan berpasrah dalam kepentingan mereka, padahal kebutuhan kepada sesama berarti siksa, tentu amat banyak peminta tapi tiada yang keluar dari mereka – suatu permintaan – kecuali sika, sedang di antara mereka yang terkecil tanpa merasa benci dalam kebenaran-Nya, ketika kamu meminta pati dirimu sendiri tersiksa berarti ada dalam jalan haram berupa tidak bersedia memberi. Anak-anak muridku, bagiku, pertama kali dalam menanggapi situasi ini adalah tentang kelemahan ketika mencari sesuatu kepada sesama dan sesuatu yang kau miliki tapi tidak kau ketahui “dari mana”, tidak kau lihat “bagaimana”, Jika kamu mampu memberi tanpa menghendaki sesuatu lakukanlah, kamu ingin menjadi palayan tanpa mencari pelayan laukanlah, setiap orang berbuat untuknya dan bersamanya, maka lihatlah mereka bagaimana keganjilannya di dunia dan akhirat, lihatlah kesufian dan kesiagaan mereka di hadapan-Nya.

Wahai sahya, bila Islam tidak berbesit dalam jiwamu, bagaimana iman bsia tumbuh, jika iman tidak terdapat dalam jiwa, berarti kamu tidak punya keyakinan, jika yakin tidak kamu punyai, berarti ma’ruf tidak ada padamu – apalagi kamu sampai mengenal-Nya. Nah, inilah derajat dan peringkat yang tumbuh dalam jiwa. Bila Islam bersih, bersih pula penyerahanmu. Jadilah penyerah diri kepada Allah meliputi keberadaanmu – beserta memelihara hukum syara’, serahkan jiwamu menurut kewajibannya, perbaguslah adab bersama Dia dan ciptaan-Nya, kamu jangan aniaya dirimu sendiri atau yang lain, karena perbuatan aniaya itu mempergelap hati, mengkelamkan muka serta catatan amal, kamu jangan mengaiaya atau menolong penganiaya. Karena Nabi saw. bersabda :

“Akan ada panggilan di hari kiamat ; di mana penganiaya, di mana pembantu penganiaya, di mana orang yang melihat mereka sedih, di mana orang yang bertemu mereka sakit? Kumpulkan mereka dan letakkan dalam peti dari neraka.”

Larilah dari cptaan, berjanjilah jangan menjadi penganiaya atau teraniaya, jika kau mampu lebih baik jadi orang teraniaya – daripada menganiaya – karena pertolongan Allah pasti melimpah orang teraniaya, apalagi jika tidak terdapat orang yang menolong. Nabi saw. bersabda :

“Jika orang yang teraniaya tidak menjumpai penolong selain Allah, maka sesungguhnya Dia berkata : tentu Aku beri pertolongan padamu kendati telah berlalu.”

Sabar itu, satu jalan untuk memperoleh pertolongan, mengangkat derajat dan memperoleh kemuliaan. Wahai Allah, kami mohon kepada-Mu agar bersabar bersama-Mu, kami mohon takwa, terbebas dari segala ini dan sibuk bersama-Mu, dan agar tersingkap hijab antara kami dan Engkau.

Jadilah perantara antara dirimu dengan-Nya, karena berhenti bersama-Nya aalah kesibukan. Tiada penguasa, tiada yang kaya tiada yang mulia kecuali Allah.

Wahai munafik, sampai kapan kamu beriyah’ dan bermunafiq? Celaka kamu, bagaimana tidak malu kepada-Nya dan tidak yakin akan perjumpaan dengan Dia? Waktu ini kamu beramal untuk-Nya sedang batinmu untuk yang lain, kembalilah, temukan urusanmu dan bersihkan niatmu untuk-Nya, bersungguhlah --- bertekad -- tiak akan makan sesuap pun atau berjalan satu langkah atau beramal sesuatu kecuali dengan niat bagus.

Kau tahu, cipta dan pencipta tidak bisa disatukan, dunia dan akhirat dalam hati tidak bisa dipadukan, tidak bisa dilukiskan, tidak bisa dibenarkan, tidak datag sesuatu darinya; baik ciptaan atau pencipta, baik dunia atau akhirat. Tetapi keberadaan ciptaan sungguh bisa dilukiskan dalam lahir jiwamu, sedang pencipta terlukis melalui batin, dunia di tangan akhirat dalam hatimu, tetapi jika sudah di hati jangan kamu satukan. Kacalah dirimu dan pilihlah untuk-Nya, jika kamu berkehendak dunia, keluarkan akhirat di hati, jika menghendaki akhirat, bebaskan dunia dari hati, jika kamu ingin dekat Tuhan, bebaskan hatimu dari dunia dan akhirat, Selagi di hatimu terpercik sesuatu selain Allah, kamu tidak akan bisa menyaksikan kedekatanmu dengan Allah. Pikirlah, jangan sesekali mendatangi pintu-Nya keculai dengan tancapan yang benar, karena setiap pandang pasti menghianatimu.

Anak-anak muridku, rupanya yang kau ketahui cukup mempersibuk diri darupada yang tidak kamu ketahui, bebaskanlah nafsu dari hatimu tentu kebaikan datang mengitarimu, karena hal itu sebagai kekeruhan yang amat, tapi kala nafsu telah keluar kejernihan pasti datang tanpa membawa keruh, bahkan hal itu membawa perubahan yang esensial. Firman Allah :

“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan sesuatu kaum, sebelum mereka merubah keadaan diri mereka sendiri.” (Qs.XIII:11).

Wahai manusia, dengarkan ini, wahai mukallaf camkanlah kalam Sal Baari (Dzat Pencipta), ia adalah sebenar-benar perkataan. Cemburukan dirimu untuk-Nya terhadap sesuatu yang dibenci hingga jalan membentang seperti yang mereka cinta datang untukmu.

Dengarlah kataku, termimalah permukaan bumi ini orang berani berbicara di hadapan ummat dalam situasi seperti ini, kecuali aku. Aku membutuhkan perangan mereka, bukan untukku, kendati aku mencari yang lain, tetapi aku tetap membutuhkan mereka. Setiap kalimat yang keluar dariku kepada mereka bukan berarti aku membutuhkannya, sungguh, aku tidak membutuhkan kecuali Allah. Mana sesuatu yang dikehendaki, bukan dunia, bukan akhirat, juga bukan isi kedunya, sedang Dia Maha Mengetahui kebenaranku. Karena Dia Mahatahu kendati yang kasat mata.

Seseorang tidak mencari gambaran Allah, tetapi ia mencari ma’nawinya, yaitu mengesakan, ikhlas dan menyingkirkan kecintaan dunia akhirat dari hati, menjadikan segala sesuatu dalam keterasingan bersama-Nya. Jika hal ini sempurna atasmu berarti kamu lebih mencintai, lebih dekat dan lebih meninggikan Dia daripada yang lain.

Wahai Tuhan kai, berilah kami kebaikan hidup di dunia dan kebaikan hidup di akhirat, dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.

AdzSEO Jasa SEO dan Pembuatan Website