Al-hikam 55 "Zahid Dan Roghib"

Al-Hikam Pasal 55
"Zahid Dan Roghib"


ماَقـَلَّ عَملٌ بَرَزَ من قلْبٍ زاَهِدٍ ولاكَثـُرَ عملٌ بَرَزَ من قلبٍ رَاغِبٍ
"Tidak dapat dianggap kecil/sedikit amal perbuatan yang dilakukan dengan hati yang zuhud ,dan tidak dapat dianggap banyak amal yang dilakukan oleh seseorang yang cinta dunia." 
ADZ 
Syarah
Kita telah diajarkan keluar dari alam kepada Pencipta alam, berhijrah kepada Alloh dan Rosul-Nya. Kita diajar supaya memilih sahabat yang dapat membangkitkan semangat untuk berjuang pada jalan Alloh  dan berbuat taat kepada-Nya. Hikmah 55 ini memberi gambaran apakah hijrah rohani itu akan berhasil atau gagal. Alat untuk menilainya ialah dunia. Bagaimana kedudukan dunia di dalam hati akan mempengaruhi perjalanan kerohanian.
Ukuran amal itu menurut hati orang yang beramal, apabila amal itu dilakukan orang yang zuhud(hatinya tidak tergantung pada dunia), walaupun kelihatan sedikit akan tetapi hakikatnya banyak. Karena zahid itu amalnya bisa selamat dari penyakit yang menjadikan amalnya tertolak, seperti riya’ mencari kepentingan dunia, tidak karena Alloh, dll. Sebaliknya amal orang yang roghib (cinta/rakus dunia) amalnya tidak selamat dari penyakit-penyakit yang tersebut.
  Ali bin Abi Thalib karromalloh wajhah berkata: "Tumpahkan semua hasrat keinginanmu itu kepada usaha untuk diterimanya amal perbuatanmu, sebab tidak dapat dianggap kecil/sedikit amal perbuatan yang diterima oleh Alloh." Allah berfirman: "Innamaa yataqobbalu -llohu minal-muttaqiina"[Sesungguhnya Alloh hanya menerima amal perbuatan dari orang yang bertakwa], ikhlas baginya, dan tepat menurut ajaran-Nya.
 Abdulloh bin Mas'ud rodhiyallohu 'anhu berkata: "Dua rokaat yang dilakukan oleh seorang alim yang mengerti dan ikhlas [tidak tamak/rakus kepada dunia], lebih baik dari ibadah orang-orang ahli ibadah sepanjang masa tapi masih cinta dunia."
Abu Sulaiman ad-Darony bertanya kepada Ma'ruf al-Karkhi: "Mengapakah orang-orang itu kuat taat sampai sedemikian rupa banyaknya? Jawabnya, 'Karena mereka telah membersihkan hati mereka dari pada cinta dunia, andaikata masih ada sedikit cinta dunia, tidak akan diterima dari mereka amal perbuatan itu'."
Seorang sholeh mengeluh kepada Abu Abdillah al-Qurosyi, bahwa ia telah berbuat berbagai amal kebaikan, tetapi belum bisa merasakan kelezatan amal kebaikan itu dalam hatinya. Jawab Abu Abdullah al-Qurosy, ''Karena engkau masih memelihara puteri iblis, yaitu kesenangan dunia, dan lazimnya seorang ayah itu selalu berziarah kepada puterinya.''