Al-Hikam Pasal 132-135
“Jangan Minta Balasan Atas Amalmu”
متى طلبت عواضا على عمل طولبت بوجود الصدق فيه ويكفي المريب وجدان السلامة
132.”Apabila engkau menuntut upah/balasan atas semua amal perbuatanmu, pasti engkau akan dituntut oleh Alloh atas kesempurnaan amal perbuatanmu. Dan bagi orang yang merasa belum sempurna amalnya, harus merasa cukup puas jika ia selamat dari tuntutan/tidak dituntut atas kekurang sempurnaan amalnya”
Syarah
Hikmah ini menjelaskan kejelekan orang yang beramal karena mengharap balasan/upah dari amalnya. Padahal seharusnya orang itu beramal yang baik, bersih hanya karena menghamba pada Alloh.
Karena hanya Allohlah dzat yang wajib disembah dan diagungkan, dan menjadi tujuan kita dunia dan akhirat. Hal ini sudah banyak dibahas dalam kitab ini dengan berbagai bahasan yang berbeda.
Khoir An-nassaj berkata:Timbangan amalmu itu sesuai dengan perbuatanmu, karena itu mintalah kemurahan karunianya. Dan itu lebih baik bagimu.
Al-washity berkata: amal ibadah lebih dekat kepada minta/mengharap ampunan dan maaf, dari pada mengharap pahala dan upah.
Annash-robadzy berkata: Amal ibadah itu bila diperhatikan kekurangan-kekurangannya, lebih dekat kepada mengaharap maaf dari pada mengharap pahala dan balasan.
Firman Alloh: “QUL-BI-FADH-LILLAAHI-WA-BIROHMATIHII-FA-BIDZAALIKA FAL-YAF-ROCHUU-HUWA KHOIRUM-MIMMAA YAJ-MA’UUN”.(“Katakanlah: Hanya karena karunia dan rohmat Alloh mereka boleh bergembira, sebab itu lebih baik bagi mereka dari segala apa yang dapat mereka kumpulkan sendiri”
لاتطلب عواضا على عمل لست له فاعلا، يكفى من الجزاءلك على العمل ان كان له قابلا
133.”Jangan menuntut upah(ganti) tehadap amal perbuatan yang hakikatnya kamu sendiri tidak ikut berbuat, cukup besar balasan aloh bagimu, jikaAlloh menerima amalmu”.
Syarah
Firman Alloh: “WAU-LLOOHU-KHOLAQOKUM WAMAA-TA’MALUUN”. (Dan Alloh yang menjadikan kamu,dan apa yang enkau perbuat(kerjakan). As-shofat 96).”
Jadi kita hanya menjadi lalulintas qodho’ dan qodarnya Alloh, jadi tidaklah pantas kalau kita minta balasan/upah sedangkan kita tidak ikut mengerjakan, ya’ni semua pekerjaan yang kita kerjakan itu yang buat Alloh, ini hukum ‘Aqli.
Kalu menurut hukum syar’iy hamba yang membuat pekerjaan yang dikerjakannya. Dalilnya: “UDKHULUL JANNATA-BIMAA-KUNTUM TA’MALUUN”. (“Masuklah kamu semua kesurga sebab amal yang kau kerjakan”.)
Tapi ketahuilah bahwa makhluk tidak bisa mengerjakan kalau tidak digerakkan oleh Alloh.
Ibrohim al-laqqony berkata: Dan Alloh yang menjadikan hamba, dan segala perbuatannya, Dia pula yang memberi taufiq untuk siapa yang akan sampai (wushul) kepadaNya.
اذا اراد ان يظهرفضله عليك خلق فنسب اليك
134.” Jika Alloh akan menunjukkan karunianya kepadamu, maka Alloh membuat amal kebaikan pada dirimu, dan mengatasnamakan amal perbuatan itu padamu”.
Syarah
Sebagaimana firman-firman Alloh: Hai hambaKu yang beriman, Hai orang-orang yang beriman.
Padahal Alloh yang memberikan iman itu, karena itu jawaban hamba: Engkau ya Alloh yang memberikan karunia iman kepadaku, sehingga aku berbuat taat, padahal saya sendiri tiada berdaya dan tidak berkekuatan kecuali semata-mata dengan pertolonaganMu.
Sahal bin Abdulloh ra. berkata: Jika hamba berbuat kebaikan, lalu ia berkata: Ya Alloh, Engkau yang memberi karunia,taufiq sehingga aku Engkau jadikan hamba yang berbuat kebaikan. Engkaulah yang member pertolongan, Engkaulah yang member kemudahan mengerjakan kebaikan.
Niscaya Alloh memuji kepada hamba itu, dengan sabdanya: Hambaku engkau telah berbuat taat dan taqorrub(mendekatkan diri) kepadaKu.
Sebaliknya jika hamba itu merasa dia yang beramal(lupa dengan taufiq dan pertolongan Alloh) lalu berkata: aku telah beramal,telah bertaqorrub dll, maka Alloh mengabaikan (berpaling) pada mereka sambil bersabda: Hai hambaku, Aku yang memberi taufiq hidayah padamu, dan Aku yang member pertolongan padamu,member kemudahan berbuat baik padamu.
Apa bila hamba berbuat kejahatan lalu berkata: Ya Alloh, Engkau yang telah menaqdirkan aku untuk berbuat kejahatan, dan Engkau yang telah memutuskan.
Maka Alloh menjawab: Hai hambaku, kaulah yang salah (berbuat kesalahan/jahat), kaulah yang bodoh,dan berbuat maksiat.
Sebaliknya jika hamba yang berbuat dosa itu berkata: Ya Alloh, aku telah berbuat salah, dholim pada diriku sendiri karena kebodohanku. Maka dijawab oleh Alloh: HambaKu, Aku yang menentukan,menaqdirkan dan menutupi kesalahanmu serta mengampuni dosa-dosamu.
لانهاية لمذامّك ان ارجعك اليك ولا تفرغ مداءحك ان اظهر جوده عليك
135.”Tiada batas akhirnya kejelekanmu jika Alloh mengembalikan engkau kepada kekuatan usaha daya upayamu sendiri, dan tidak ada habisnya kebaikanmu, jika Alloh memperlihatkan kemurahanNya padamu (pada dirimu)”.
Syarah
Apabila Alloh mengembalikan amal pada kamu sendiri artinya Alloh tidak memberi bantuan, taufiq, hidayah dan pertolongannNya padamu, maka kamu akan selalu (tidak ada akhirnya) melakukan pekerjaan yang dicela oleh syara’. Sehingga tidak ada amal yang di anggap baik menurut Alloh, walaupun kelihatannya ibadah dan amal kebaikan.
Rosululloh bersabda dalam do’anya: “ASHLIH-LII- SYA’NII-KULLAHU, WALAA-TAKILNII- ILAA-NAFSII-THORFATA ‘AINII”. (“Ya Alloh, perbaikilah urusanku semuanya, dan jangan Kau serahkan urusanku kepada diriku sendiri walaupun sekejap mata”.)